Catrin part 4

catr

“kamu harus bersabar ya,Cat” kataku padanya sambil memeluknya

“iya,kak. Makasih kak atas supportnya” jawab Catrin.

“iya sama-sama. Aku sudah menganggap kamu jadi adik aku sendiri” jawabku dengan tersenyum padanya.

Tiba-tiba ada suara teriakan dari luar. Kami pun langsung menuju halaman depan tetapi ketika kami sampai di depan tak ada seorang pun, keadaan di luar pun sangat hening hingga tak ada lalu lalang suara kendaraan yang melintas.

“aneh,perasaan tadi ada suara teriakan deh” tanyaku pada mereka

“iya iya iya,kami juga dengar kok” jawab mereka bersama

“ya sudah kita masuk lagi ke dalam aja,sudah malam nih. Mendingan kita istirahat saja” ajakku pada mereka.

Kami pun masuk ke dalam, baru beberapa langkah kami masuk ke dalam ada orang yang mengetok pintu. Aku pun langsung membuka pintu itu tetapi tak ada seorang pun  di luar hanya ada sebuah kotak yang tertinggal di depan pintu. Aku pun langsung membawanya dan menunjukkan pada mereka,

guys, aku menemukan ini di depan pintu depan tapi nggak tahu siapa yang mengirimi paket ini. Kita buka aja atau kita buang ini kotak” tanyaku pada mereka.

“jangan di buang, kita buka saja siapa tahu ada orang yang mau mengirimnya dengan niat baik” jawab Catrin.

“tapi, jangan-jangan  ini bom. Jangan di buka kotak itu ya” pinta Rian padaku.

“buka sajalah, kita baca doa dulu sebelum membuka kotak tersebut misalnya ada apa-apa yang penting kita sudah menyerahkannya pada Tuhan” jawabku

“tapi, ya sudah deh buka sajalah dari pada kita mati penasaran dengan isi kotak tersebut” jawab Catrin.

Kami pun membuka kotak itu,tetapi terdengar suara orang membuka pagar rumah Catrin. Kami pun langsung menuju ke ruang depan untuk melihat siapa yang baru saja membuka pagar rumah Catrin. Kami langsung mengintip lewat jendela sambl bersembunyi di balik tirai. Ternyata tak ada seorang pun yang kami lihat di depan hanya pagar yang terbuka saja. Aku pun mulai merasa aneh dengan apa yang terjadi pada malam hari ini. Kami pun kembali ke kamar masing-masing tiba-tiba seluruh lampu padam sehingga kami tidak bisa melihat apa-apa, kami pun hanya bisa berteriak dan mencari satu sama lain dalam keadaan gelap. Tak lama kemudian lampu di rumah itu hidup lagi dan ternyata Catrin tak berada di dalam ruangan itu. Kami pun sangat merasa cemas karena hal ini, tanpa piker panjang kami pun langsung pergi menuju ke ruang belakang mengikuti jejak si Rian. Sesampai disana kami melihat pintu belakang sudah terbuka, tanpa pikir panjang kami pun langsung pergi mengikuti jejak kaki yang masih tampak jelas di halaman belakang. Tak lama kemudian ada suara bel yang berbunyi dari depan membuat kami sangat ketakutan sehingga kami membuat keputusan untuk kembali ke rumah lagi dan melanjutkan pencarian esok pagi agar bisa lebih aman.

Keesokkan paginya kami semua berkumpul di ruang makan dan membagi daerah untuk bisa menemukan Catrin. Aku dan Rian akan pergi mencari ke daerah dekat sekolah dan teman-teman dekatnya sedangkan Ina dan Nanta akan pergi ke beberapa tempat yang sering Catrin kunjungi apabila dia merasakan suka maupun duka. Ketika kami hendak keluar pagar tiba-tiba datang seorang tukang pos mengirimkan sebuah pesan kepada kami. Aku pun langsung mengambilnya dan membuka surat itu yang berisi,

“assalammualaikum kak, ini Catrin. Kalian nggak usah bersusah payah untuk menemukanku karena sekarang aku lagi nggak mau diganggu siapa pun karena aku butuh waktu untuk menenangkan diri serta menemukan jalan untuk diriku sendiri. Jangan lupa datang ke Cafe dekat rumah kakak ya hari Senin jam 19.30” bye kakak

“Ini benar dari Catrin ?” tanya Rian padaku

“bisa jadi, lagian kita belum tahu lebih dalam tentang dia apalagi semenjak dia di tinggal oleh ibunya” jawabku

“iya juga sih, ya udah kalau gitu mendingan kita pulang kerumah masing-masing”cetus Ina

Kami pun pulang menuju rumah masing-masing dengan wajah yang penuh dengan kekecewaan karena Catrin pergi meninggalkan kami dengan alasan yang sedikit membingungkan. Aku pun merasa ada keganjilan yang terjadi dengan kepergian si Catrin saat ini. Tak lama kemudian aku mendapat telephone dari nomor yang tak ku kenal.

“halo,ini siapa ? tanyaku pada si penelpon

“ini Catrin kak, kakak bisa nggak kita ketemuan sekarang ? ada hal penting yang aku ingin bicarakan sama kakak” pintanya

“oh,Catrin. Emangnya ada apa ? apakah ini ada hubungannya dengan semua kejadian yang terjadi padamu ?” tanyaku padanya.

“iya kak, tapi aku minta ini cuman rahasia kita berdua karena aku nggak mau anak-anak lain tahu soal ini. Aku harap kakak tidak memberitahukan soal ini sama yang lain, oke?” pintanya padaku

“tapi, kenapa anak lain nggak boleh tahu ? apakah ini berbahaya ?” tanyaku balik padanya

“pokoknya rahasiakan ini ya kak, apalagi tentang kita pernah komunikasi seperti ini. Aku mohon sama kakak hanya kakak yang bisa membantu aku” pintanya dengan nada yang sedikit memelas

“oke kakak akan tutup mulut tapi masalahnya kakak nggak bisa ketemuan sekarang karena kakak di panggil ke ruang Kepala sekolah. Nanti kirim sms aja ke kakak soal tempat dan jam berapa kita bisa ketemu” pintaku padanya

“oke,makasih kakak. Bye” jawabnya

“bye” jawabku.

Posted on September 20, 2013, in Cerpen. Bookmark the permalink. 2 Comments.

  1. Julialita Muhariani

    ceritanya bagus malda 🙂 ditunggu ya catrin part 5 !

Leave a reply to Julialita Muhariani Cancel reply